Pagi yang cerah seharusnya membuat orang-orang merasa bahagia, tapi berbeda dengan Zahra.
“Topan, sarapan dulu sayang”
Ucapan itu yang membuat Zahra bersedih. Ucapan itu tidak pernah lagi di katakan oleh mamah kepadanya semenjak 8 tahun lalu yaitu kelahiran adiknya Topan.
Kesedihan Zahra pun lengkap dengan kesibukan papanya sehingga semakin tidak ada yang memperhatikannya.
Zahra pun mencoba bersabar karena menurutnya adalah hal yang mustahil jika orang tua nya memperhatikannya.
Pagi itu Zahra telat berangkat sekolah, dari pintu gerbang sekolah sampai kelas Zahra berlari agar tidak terlambat. Saat Zahra lari, dia bertabrakan dengan seorang laki-laki, Namanya Rendi. Buku Zahra yang di bawa di tangannya pun jatuh berantakan. Rendi dengan baik hati berniat ingin membantunya dan meminta maaf, tetapi Zahra dengan nada kesal berbicara “tidak usah, aku bisa membereskannya sendiri”
Entah mengapa dari dulu Zahra memang sudah benci sekali dengan Rendi. Sesampainya Zahra di kelas, kelasnya itu tidak ada guru. Dita teman Zahra memberitahukan, bahwa gurunya berhalangan hadir.
Dengan nada penasaran Dita yang dari tadi memeperhatikan Zahra dan rendi bertanya. “kamu itu kenapa sih dari dulu selalu saja benci dengan rendi?” Hati-hati loh Benci dengan Cinta itu bedanya tipis”
Dengan nada yang masih kesal Zahra menjawab “yah..pokoknya aku benci aja sama dia. Dan jangan sampai hal itu terjadi sama aku”
Lonceng berbunyi. Bertanda waktu istirahat. Zahra mengajak dita ke kantin. Sesampainya di kantin Zahra terlihat kesal. Bagaimana tidak. Orang yang dia benci sedang makan di kantin.
Tak terasa hari sudah sore. Kegiatan belajar-mengajar di sekolah pun selesai. Saat pulang Rendi bertemu dengan Zahra. Rendi masih merasa bersalah dengan kejadian tadi pagi walaupun dia telah di marahi dengan Zahra. Dia tetap tidak menyerah untuk meminta maaf.
Rendi menghampiri Zahra di depan gerbang yang sedang menunggu di jemput dengan sopir pribadinya. “Zahra mau pulang bareng aku” ucap Rendi
Bukannya menjawab Zahra malah membuang muka. Dengan nada yang lembut Rendi meminta maaf atas kejadian tadi pagi. Tapi,karena Zahra hanya diam tanpa mengucapkan satu kata pun. Rendi pergi dengan mengendarai sepeda motornya.
Tiga bulan kemudian ketika Zahra pulang sekolah. Seperti biasa. Zahra menunggu sopir pribadinya menjemput. Saat Zahra menunggu. Ponsel Zahra berbunyi. Ternyata ada sms dari sopirnya, kalau mobilnya ada di bengkel karena ada masalah dengan mobilnya dan membutuhkan waktu lama untuk memperbaikinya. Zahra sangat kebingungan untuk pulang, karena di sekitar sekolahnya tidak ada angkutan umum yang lewat dan jika ingin naik angkutan umum harus menempuh jalan yang cukup jauh.
Kejadian tiga bulan yang lalu terulang kembali, Rendi lewat tepat di depan Zahra berdiri dan menawarkan untuk pulang bareng. Karena Zahra bingung dia harus pulang dengan siapa. Dengan sangat terpakasa Zahra menerima tawaran Rendi untuk pulang bareng.
Hari pun terus berlalu. Zahra pun semakin hari Semakin dekat dengan Rendi. Orang yang dulu sangat dia benci.
Tidak perlu waktu lama. Rendi yang memang dari dulu menyukai Zahra mengatakan cinta kepada Zahra. Dan karena Zahra merasa nyaman dekat dengan Rendi. Zahra pun menerimanya.
Dan hari itu Zahra dan Rendi resmi berpacaran. Keesoak harinya disekolah Zahra menceritakan hal itu kepada Dita temannya. Dita pun ikut bahagia dengan kebahagiaan teman dekatnya itu.
Hari-hari Zahra pun lebih berwarna. Karena kebersamaannya dengan Rendi. Orang yang selama ini dia benci. Ternyata dia adalah orang yang sangat baik hati.