Sabtu, 28 Januari 2012

MARISKA


  “Halo-Halo Bandung, ibu kota periangan...” itu bukan nyanyian melainkan jeritan mariska, menggelegar keseluruh rumah. menggunjang meja.menggoyang gelas.membuat seisi rumah ikut gila.
  “Ma, suruh riska diam dong!” gerutu Papa Arif jengkel. mau menutup telinganya pakai tangan tidak mungkin, karena kedua tangannya sedang sibuk bertugas. menyuapkan nasi goreng ke mulut dan memadamkan kebakaran di kerongkongan.
  “Riska!” teriak Mama dania. ”kecilkan volume suaramu!”
  “Mana bisa dengar Ma?” dumal Gustian, abang mariska. ”dia kan di kamar mandi.lagian kupingnya sudah full house sama daki!”
  “Heran, gadis remaja kok nyanyinya Halo-Halo Bandung!” ucap Papa Arif
  “Papa baru tau dia gila?” cetus Gustian jemu.
  “Mendingan nggak punya adik! Bikin malu aja!”
Nah, bagaimana tidak malu? Punya adik jadi bahan tertawaan di sekolah
  Padahal Gustian Prasetyo kan aset sekolah. Sudah pintar,ganteng,kapten tim basket lagi.tdak heran kalo menjadi rebutan cewek di sekolah.
  Sementara adiknya, jangankan jadi rebutan.dia malah selalu di jauhi. Karena dia memakai tas  yang sudah tidak layak pakai,bagaimana tidak umurnya saja sudah setua ijazah SD nya.
  “Ma, bilangin Mariska  tuh.” Kalau sekolah, muka dibenahi! Rambut di keramas! Kalau malas ngurus rambut, gundulin aja!”
  Biar tambah aneh! Mariska yang jerawatnya bertebaran dari sabang sampai marauke. Kacamata putih tebal.. dan kepala gundul! Hihihi.
  Daripada sekarang, rambutnya berkeliaran di tiup angin. Menghamburkan jutaan ketombe ke udara. Dan tiap hari di jambak teman sampai tak ada hari Gustian tidak berkelahi. Punya adik memang beban bagi Gustian.
  Sampai suatu saat muncul siswa baru pindahan dari Bandung, Namanya Rival. Tampangnya Indo, Kulitnya putih, hidungnya mancung.
  Banyak cowok keren di sekolah. Tapi tidak ada yang membuat Mariska tergila-gila.
  Tapi Rival beda. Begitu melihat dia,Mariska mencopot kacamatanya dan menyibakkan rambutnya dengan hati-hati supaya ketombenya tidak brguguran.
   “Hai” sapanya lantang begitu Rival duduk di sampingnya, karena memang sudah tidak ada lagi bangku yang kosong selain di samping Mariska.
  Saat pulang Mariska mengejar Rival sampai pintu gerbang sekolah, mengajak pulang bareng, padahal rumah mereka belawanan arah.

  Dalam Dua bulan, Mariska berubah total. Dia minta di pasangi kawat gigi. Pergi ke salon benahi rambutnya. Dia juga berusaha keras menggusur jerawat-jerawatnya. Kacamatanya juga ikut di buang. Diganti lensa kontak. Mariska juga jadi rajin fitness. Bahkan sekarang mariska mengganti tas tuanya dengan tas lebih bagus.
  Ketika ada pertandingan basket antar SMA, Mariska ikut nonton. Maklum kakanya sedang beraksi.
  Salagi seru-serunya menyemangati abangnya, berteriak sambil malompat-lompat, Adinda mengganjal kaki Mariska dan Mariska pun ambruk tanpa ampun.
  Adinda memang jahat. Ah, sebenarnya dia bukan jahat. Dia bukan pembunuh. Cuma dengki, cemburu, iri karena Rival lelaki yang dia suka sekarang sudah dekat dengan Mariska.
  Tapi Mariska tidak mau ambil pusing, yang sekarang dia fikirkan, bagaimana caranya dia menjaga Rival agar tidak di rebut dengan orang lain.
  Tanpa menyerah, Adinda terus mencoba mendekati Rival,tapi dengan caranya Mariska mencoba menghalanginya sampai suatu saat Adinda berpaling kepada Gustian yaitu abang Mariska. Dan sekarang Marisaka sudah merasa tenang, karena sudah tidak ada lagi yang mangganggu hubungannya dengan Rival.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar